Selamat Berkunjung

Respon dan Masukan Anda dapat Meningkatkan Kualitas Penulis

Kamis, 30 Juli 2015

Bakso Terakhir


Malam dingin, kali ini, ibu kota diselimuti gelapnya keheningan. Tak ada seorang pun yang rela keluar rumah meski dengan payung. Di tambah lagi, langit memberikan musik yang mengerikan. Ah sial, disaat seperti ini perutku membutuhkan asupan karbohidrat. Ku buka lemari makan, ada secarik kertas yang sudah 2 hari tertempel dengan erat "makan beli di luar ya nak".


Teringat pesan ibu waktu kecil "nak jangan nyalain tv, diluar petirnya bahaya" membuatku semakin diam dalam hening. Pilihan terakhir untuk menanti redanya hujan hanya tinggal buku. "Syair Cinta Pejuang Damaskus" yang entah sudah berapa kali aku membacanya.

Sudah dua hari aku hidup sendiri. Ditinggal orang serumah yang menghadiri acara pernikahan saudaraku di Majalengka. Mungkin ini sudah biasa bagiku. Ditinggal sendiri.

22.17 WIB. Malam semakin larut, dan perut semakin mengkerut. Novel kesukaan menjadi garing, dan petirpun semakin bising. Ditengah bisingnya petir yang sangar, kudengar sayup-sayup seseorang memukul mangkok menggunakan sendok. "bakso! bakso!" teriakan khas menggugah selera. Ku bangkit, ku berlari. "Bang!! bakso!!"

Air liur terjun bebas dari rongga-rongga mulut dan perut bernyanyi riang menyambut bulatan demi bulatan bakso. Aaaahhhh, nikmat sekali. Dingin-dingin makan bakso memang sangat pas.

"Alhamdulillah" ucap syukur yang ku lanjutkan dengan berdiri membawa mangkok kosong dan kotor.

"Berapa bang?"

"Sepuluh ribu mas"

"Makasih ya bang"

Sang penyelamat kelaparan pun pergi berlalu setelah menerima uangku. Ku lihat langit, beliau masih dengan kegelapan serta cahaya petir. Belum sempat aku menutup pintu, cahaya dan suara menakutkan berteriak dari langit. "DUUUAAARRR!!!". Reflek tubuh membuatku jongkok tiba-tiba. Aku gemetar bukan main, dekat sekali kurasakan hadirnya. Kupaksakan berdiri, melihat sekitar gang kecil. "Innalillahi" Gerobak bakso hancur tak karuan, sesosok manusia yang barusan kulihat sudah tak bernyawa.

8 komentar:

  1. Nyessss.....
    Beberapa kalimat, rimanya bagus. Suka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah dibilang bagus sama sang editor.

      Hapus
    2. Setuju. Lu kaya tukang, Yud.
      Tukang syair.

      Lanjutkan, gan.

      Hapus
    3. Asik juga nih komentarnya haha.
      Siip makasih bang dar.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Serius mau beli? Nyusul abangnya dah sanah haha

      Hapus
  3. Wah. ini bener-bener FF. Gue kaget banget. pas baca "DUUUAAARRR!!!"
    Keren.

    Jago lu, Yud. Lanjutkan, gan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kan gue ngikutin saran lu bang, kata lu FF diakhirnya ngagetin kaya ada 'dor' nya haha

      Siap. Makasih bang.

      Hapus