Selamat Berkunjung

Respon dan Masukan Anda dapat Meningkatkan Kualitas Penulis

Senin, 21 November 2016

Taman, Sore Menuju Malam



Angin sejuk di sore hari, berteman dengan mendung yang tak kunjung hujan. Anak-anak dengan riang berlari kesana lalu kembali, mengejar temannya hanya untuk mencubit. Beberapa anak -sekitar umur 5 tahun- asik berkumpul ria di hamparan pasir yang sengaja dibuat untuk mereka. Tepat di tengah hamparan pasir, terdapat sepasang ayunan. Sepasang duduk, sepasang mendorong. Lima kali ayun "Gantian doooong!!" tanpa ragu, mereka pun bergantian.

Tepat di arah jam 3 tempatku duduk, sekumpulan pengais rejeki mengharap rasa haus dan lapar dari setiap anak. Dadar gulung, cilor, tahu bulat, sirop bahkan pernak-pernik manisan lainnya. Satu orang satu produk.
"Abang, cilornya seribu yaa!"
"Abang, siropnya berapaan?" 
"Mama, mau dadal gulung!"
"Pak, Batagornya dapet gak seribu limaratus?"
"Ibu, aku mau tajos yang itu!"

Matahari semakin jelas memperlihatkan senjanya. Ia pamit pada sekumpulan anak yang enggan meninggalkan tempat bermainnya. Perlahan, bulan tersenyum menyambut malam yang mendung. Sepasang ayunan yang dimainkan oleh sekumpulan anak kecil yang bergantian, berganti menjadi sepasang kekasih yang enggan bergantian dengan yang lainnya.

Tidak ada lari-lari kecil untuk sekedar mencubit sambil tertawa riang. Hamparan pasir yang menggunung akibat ulah perempuan kecil, kini mendatar. Tak ada tangan-tangan mungil lagi yang menyentuhnya.

Masih di arah jam 3 tempatku duduk. Sekumpulan pengais rejeki mulai tersenyum. Dadar gulung, cilor, tahu bulat, sirup, batagor bahkan kini ditambah bakso, capcin maupun sosis dan jagung bakar kini hadir.
"Pak, dadar gulungnya sepuluh ribu ya!"
"Pak, baksonya dua ya!
"Sayang, kamu mau sosis apa jagung bakar?"
"Batagornya dua berapa pak?"

Malam semakin larut, bukan surut, namun semakin carut marut hilir mudik sepasang kekasih dihadapanku. Cemberut? Ada. Bibir saling berpaut pun ada. 

2 komentar: