Selamat Berkunjung

Respon dan Masukan Anda dapat Meningkatkan Kualitas Penulis

Selasa, 15 Maret 2016

Kenangan




Sudah tiga bulan kita bersama, menjadi ikatan “kita” yang telah menjalin hidup dalam satu rumah yang disahkan oleh pelaminan dan dicatat dalam buku nikah. Namun, pernahkah kita saling berbicara? Ah, sepertinya tegur sapa pun tidak pernah.
Mengingat masa di mana aku dan kamu dahulu sangat menggelikan. Aku—yang hitungannya telah menginjak masa SMP dan kamu baru masuk SD— selalu menjahilimu. Memanggilmu “awewe hideung” setiap kamu berangkat mengaji, menjahilimu ketika lewat dengan mengarahkan bola plastik ke arahmu. Selalu kulakukan. Setiap melihatmu.

Aku memang telah mencintaimu sejak saat itu. Dan kamu, menganggapku si tukang jahil. “Kamu benci aku, ya?” Selalu terngiang dalam benakku ketika sampai saat ini kamu menutup mulutmu dan hanya melakukan tugas seorang istri.

“Eti, Aa indit gawe heula,” dan kamu menjawab dengan anggukan.

“Eti, Urang dahar di luar wae mun can masak mah,” lagi, anggukan yang kudapatkan. 

“Eti, hayang lalajo bioskop?” Aku tahu, kamu bingung akan yang namanya bioskop. Kamu tidak menjawab dengan anggukan atau gelengan, tetapi tidak melepaskan tangan yang kugenggam dan terus mengikuti langkahku.

Berbagai cara telah kulakukan. Tetap, kamu menutup mulutmu, menyembunyikan suaramu. Tetap, kamu melayaniku, menyiapkan kopi untukku, dan menuruti apa kata suamimu. “Sayang, apa aku dulu melakukan kesalahan terhadapmu? Bicaralah apa yang kamu rasakan saat ini.” Ingin rasanya aku mengatakan hal itu kepadamu. Namun, aku tak kuasa bila mendengar jawaban, “Iya, kamu salah!”

“Eti, isukan masaknya. Urang piknik ka Ragunan.” Dengan senyum lelah mengais rejeki, kuserahkan bahan masakan untuk rencana piknik kita. Dan tentu saja, kamu menjawab dengan anggukan sambil memberikan muka bingungmu yang seakan berkata, “Apa itu Ragunan?

Pukul 10.12 WIB kita berangkat. Berjalan kaki, lalu naik metro mini. Ah, tentu saja kamu masih diam. Tak bicara. Tak bersuara. Namun,  kamu tetap saja istriku. Membalas genggamanku dengan erat. Sambil menenteng rantang yang penuh serat.

Kita sampai. Terlihat mata berbinarmu. Mengagumi Ragunan yang memesonamu.

Berkeliling ke sana kemari. Melihat satwa itu dan ini. Tetap, tanganmu tak pernah melepaskan genggamanku. Meskipun kamu lelah, kamu tidak bilang. Meskipun kamu haus, kamu tetap diam. Meskipun kamu kagum, hanya memperlihatkan lewat ekspresi muka.

“Istirahat didie heula, Ti.” Kupesan satu tikar dan kaubuka rantang kita. Menuangkan masakanmu dan memberikannya kepadaku. Kita menyantap hidangan yang sama, duduk di tempat yang sama, dan dalam keheningan yang sama.

“Tos iye ka tempat gajahnya!” Aku mengajakmu yang masih mengunyah makanan yang kamu balas dengan anggukan.

Kita sampai di tempat si belalai. Lagi, kamu kagum terhadapnya. Tetap, genggaman tanganku tak dilepaskan. Selalu, kamu hening dalam kesunyian.

Kamu melihat sekitar, aku memerhatikanmu. Kamu melihat dengan kagum, aku memerhatikanmu. Kamu mencari sesuatu, aku memerhatikanmu. Kamu memerhatikan seseorang, aku memerhatikanmu. Tiba-tiba, aku terkejut saat memerhatikan yang seketika menoleh ke arahku. Menatap dengan malu, menundukkan kepala. “A, hayang foto jeung Aa deket gajah.”


----------------------------------------------------------------------------------------


Tema KOMBUN bulan ini adalah berkaitan dengan tempat lebih tepatnya tempat paling nyaman. Nah, tulisan tema bulan ini gue persembahkan buat orangtua gue yang kalo liburan maunya ke Ragunan doang. Gak bosen apa, yak?

Yap, ini adalah cerita yang selalu gue denger kalau orangtua gue lagi pada nostalgia zaman mudanya. Sekarang, Emak gue udah 51 tahun, kebayanglah itu cerita jaman kapan. Dan gue seneng sampe saat ini mereka masih saling menggenggam. Gak percaya? Cek aja postingan pertama gue. See you!!

25 komentar:

  1. Cinta yang sederhana namun sungguh membekas. Apalagiii pas tatap tatapan yaaa...

    BalasHapus
  2. Dan gue lupa apakah pernah ke ragunan apa enggak. Hehehr

    BalasHapus
    Balasan
    1. mending buru-buru dah bang, keburu gajahnya pindah.

      Hapus
  3. Seru!!! Mgkin pada masa itu, ragunan masih banyak binatangnya, ada penguin atau anaconda

    BalasHapus
  4. Itu foto yang lo bilang? Anjiiiiiirrrrrrrr itu udah nikah? Gilssssssss! Tapi sweet bgt sih, mau ih :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mau hidup di jaman mereka, Wi?
      udah nikah aja fotonya ada jarak begitu ya? wkwk

      Hapus
    2. A, hayang foto jeung A Yudi >,<

      Hapus
  5. Ceritanya bagus, nulisnya dr hati ya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari hati banget ka, sampe ngerasa berbunga-bunga hati saya.

      Hapus
  6. Aku liat fotonya itu ._. itu masih kayak anak-anak kecil loh ._. seriusan, tapi udah nikah ._. kok kereen :3

    BalasHapus
  7. Balasan
    1. yang itu "waaaaaaa" yang ini "uwuwuwu" sungguh anak-anak fmipa itu ........

      Hapus
  8. Jual obat penumbuh gigi, mudah pakainya tidak sakit belum teruji dan belum dibuat...segera beli jika berminat

    BalasHapus