Sudah tiga bulan kita bersama, menjadi ikatan “kita” yang telah menjalin hidup dalam satu rumah yang disahkan oleh pelaminan dan dicatat dalam buku nikah. Namun, pernahkah kita saling berbicara? Ah, sepertinya tegur sapa pun tidak pernah.
Mengingat masa di mana aku dan kamu dahulu sangat
menggelikan. Aku—yang hitungannya telah menginjak masa SMP dan kamu baru masuk
SD— selalu
menjahilimu. Memanggilmu “awewe hideung” setiap kamu berangkat
mengaji, menjahilimu ketika lewat dengan mengarahkan bola plastik ke arahmu.
Selalu kulakukan. Setiap melihatmu.
Aku memang telah mencintaimu sejak
saat itu. Dan kamu, menganggapku si tukang jahil. “Kamu benci aku, ya?”
Selalu terngiang dalam benakku ketika sampai saat ini kamu menutup mulutmu dan
hanya melakukan tugas seorang istri.
“Eti, Aa indit gawe heula,” dan kamu menjawab dengan anggukan.
“Eti, Urang dahar di luar wae mun
can masak mah,” lagi, anggukan yang kudapatkan.
“Eti, hayang lalajo bioskop?” Aku tahu, kamu bingung akan yang namanya bioskop. Kamu
tidak menjawab dengan anggukan atau gelengan, tetapi tidak melepaskan
tangan yang kugenggam dan terus mengikuti langkahku.
Berbagai cara telah kulakukan.
Tetap, kamu menutup mulutmu, menyembunyikan suaramu. Tetap, kamu melayaniku,
menyiapkan kopi untukku, dan menuruti apa kata suamimu. “Sayang, apa aku
dulu melakukan kesalahan terhadapmu? Bicaralah apa yang kamu rasakan saat ini.”
Ingin rasanya aku mengatakan hal itu kepadamu. Namun, aku
tak kuasa bila mendengar jawaban, “Iya, kamu salah!”
“Eti, isukan masaknya. Urang piknik
ka Ragunan.” Dengan senyum lelah mengais rejeki,
kuserahkan bahan masakan untuk rencana piknik kita. Dan tentu saja, kamu
menjawab dengan anggukan sambil memberikan muka bingungmu yang seakan berkata,
“Apa itu Ragunan?”
Pukul 10.12 WIB kita berangkat.
Berjalan kaki, lalu naik metro mini. Ah, tentu saja kamu masih diam.
Tak bicara. Tak bersuara. Namun, kamu tetap
saja istriku. Membalas genggamanku dengan erat. Sambil menenteng
rantang yang penuh serat.
Kita sampai. Terlihat mata
berbinarmu. Mengagumi Ragunan yang memesonamu.
Berkeliling ke
sana kemari. Melihat satwa itu dan ini. Tetap, tanganmu tak pernah
melepaskan genggamanku. Meskipun kamu lelah, kamu tidak bilang. Meskipun kamu
haus, kamu tetap diam. Meskipun kamu kagum, hanya memperlihatkan lewat ekspresi
muka.
“Istirahat didie heula, Ti.” Kupesan satu tikar dan kaubuka rantang kita.
Menuangkan masakanmu dan memberikannya kepadaku. Kita menyantap hidangan yang
sama, duduk di tempat yang sama, dan dalam keheningan yang sama.
“Tos iye ka tempat gajahnya!” Aku mengajakmu yang masih mengunyah makanan yang
kamu balas dengan anggukan.
Kita sampai di tempat si belalai.
Lagi, kamu kagum terhadapnya. Tetap, genggaman tanganku tak dilepaskan. Selalu,
kamu hening dalam kesunyian.
Kamu melihat sekitar,
aku memerhatikanmu. Kamu melihat dengan kagum, aku memerhatikanmu.
Kamu mencari sesuatu, aku memerhatikanmu. Kamu memerhatikan seseorang,
aku memerhatikanmu. Tiba-tiba, aku terkejut saat memerhatikan yang
seketika menoleh ke arahku. Menatap dengan malu, menundukkan kepala. “A,
hayang foto jeung Aa deket gajah.”
----------------------------------------------------------------------------------------
Tema KOMBUN bulan ini adalah
berkaitan dengan tempat lebih tepatnya tempat paling nyaman. Nah, tulisan
tema bulan ini gue persembahkan buat orangtua gue yang kalo liburan
maunya ke Ragunan doang. Gak bosen apa, yak?
Yap, ini adalah cerita yang selalu
gue denger kalau orangtua gue lagi pada nostalgia zaman mudanya.
Sekarang, Emak gue udah 51 tahun, kebayanglah itu cerita jaman kapan. Dan
gue seneng sampe saat ini mereka masih saling menggenggam. Gak percaya? Cek aja
postingan pertama gue. See you!!
Cinta yang sederhana namun sungguh membekas. Apalagiii pas tatap tatapan yaaa...
BalasHapusKalo udah sah mah enak ka tatap-tatapannya.
HapusBTW yudiii mirip bokap banget yah?
HapusIya ka, apalagi pas gue gondrong.
HapusDan gue lupa apakah pernah ke ragunan apa enggak. Hehehr
BalasHapusmending buru-buru dah bang, keburu gajahnya pindah.
HapusSeru!!! Mgkin pada masa itu, ragunan masih banyak binatangnya, ada penguin atau anaconda
BalasHapusada lu juga gak bang?
HapusAda kayaknya yud. Sekarang pindah ke tempo
Hapus#diemahgue
HapusItu foto yang lo bilang? Anjiiiiiirrrrrrrr itu udah nikah? Gilssssssss! Tapi sweet bgt sih, mau ih :(
BalasHapusMau hidup di jaman mereka, Wi?
Hapusudah nikah aja fotonya ada jarak begitu ya? wkwk
A, hayang foto jeung A Yudi >,<
HapusCan sah, pamali.
HapusCeritanya bagus, nulisnya dr hati ya hehe
BalasHapusDari hati banget ka, sampe ngerasa berbunga-bunga hati saya.
Hapuswaaaaaaaaa, hahaha
BalasHapus"Waaaaaaaaa" artinya apa ya?
HapusAku liat fotonya itu ._. itu masih kayak anak-anak kecil loh ._. seriusan, tapi udah nikah ._. kok kereen :3
BalasHapusnamanya juga jaman dulu ^^
HapusUwuwuwu
BalasHapusyang itu "waaaaaaa" yang ini "uwuwuwu" sungguh anak-anak fmipa itu ........
HapusJual obat penumbuh gigi, mudah pakainya tidak sakit belum teruji dan belum dibuat...segera beli jika berminat
BalasHapuspromosi bayar bang!
Hapuskembalian nu green tea kan masih banyak yuddd
Hapus