Selamat Berkunjung

Respon dan Masukan Anda dapat Meningkatkan Kualitas Penulis

Sabtu, 07 Oktober 2017

Sebuah Gelar




Jumat, 21 Juli 2017

Aku mendaftarkan diri untuk ujian sidang skripsi yang akan dibuka pada hari Senin, 24 Juli 2017. Segala macam pemberkasan dan syarat lainnya telah kupenuhi. Dan, mendapat persetujuan untuk sidang. Dalam hati aku bergumam "Saat setelah usai sidang, aku akan menjawab pertanyaanmu 'Yud, kapan sidang skripsinya?' Dengan jawaban 'Mak, Yudi udah lulus!'" Ya, itu memang niatku ketika mendapatkan julukan mahasiswa akhir.



Sabtu, 22 Juli 2017

Pagi yang cerah, aku mengetik pesan pada grup keluarga yang memang tidak ada dirimu -HP jadulmu belum terdapat aplikasi whatsapp- "Insya Allah Senin Yudi sidang skripsi, doain yak! Ini lagi ngeprint skripsi Yudi buat sidang nanti" beberapa doa dan motivasi terlontar dari kedua kakak dan bapakku.

Sekitar pukul 11.00 siang, telepon berdering dari kakak tertuaku.

"Yud, dimana?"

"Masih ngeprint A, kenapa?"

"Lama gak ngeprintnya?"

"Masih antri sih, kenapa?"

"Yaudah selesaikan aja dulu."

Telepon ditutup.

30 menit berlangsung, sebuah pesan singkat masuk, "Yud, kalo udah selesai ngeprintnya langsung ke Garut ya, tapi jangan ke rumah. Nanti bareng aja sama A Diki."

Kecurigaan semakin menjadi. Aku bergegas mengisi pulsa telepon. Ku cari kontak A Diki.

"Halo A, dimana? Kok A Aep nyuruh pulang?"

"Yudi udah ngeprintnya?"

"Sebentar lagi sih, kenapa?"

"Yaudah diselesaikan aja dulu, Emak tadi pagi ditemuin tetangga udah gak sadarkan diri. Sekarang lagi dibawa ambulance ke RS Garut. Kalo Yudi udah selesai ngeprintnya, nanti ketemuan di terminal UKI."

Aku tak bisa menjawab apa-apa lagi. Seperti disambar petir, campur aduk. "Bang, punya gue bisa dicepetin gak? Emak gue masuk RS dan gue harus ke Garut nih."

10 menit berlalu, selesai sudah skripsiku di print.
"Berapa bang?"

"Segini bang, udah bayarnya nanti aja kalo lu udah balik dari Garut."

"Serius gpp bang? Yaudah ini KTM gue lu simpen dulu deh. Makasih ya bang!"

23.14 WIB.
Aku sampai di RSUD Garut.
Bapak dan A Aep serta beberapa keluarga lainnya sudah disana.
Diam. Ya. Hanya diam dan mengikuti langkah kaki A Aep yang mengantarkanku pada tempatmu berbaring.
Diam. Lalu duduk disebelahmu. Memegang tanganmu. Dan kamu, seperti layaknya orang tertidur pulas. Sesekali napasmu kencang.

Bapakku berbicara, "Mak, bangun. Ini anak-anak udah kumpul." Dan kamu, seperti mendengar ucapan beliau. Napasmu mengencang dan seperti orang ingin membuka mata, namun tidak bisa.

Semalaman aku duduk disebelahmu, menggemgam tanganmu dan membisikanmu kalimat syahadat.

Minggu, 23 Juli 2017.

Sekitar pukul 03.00 dini hari, belum ada tindakan berarti dari pihak rumah sakit. Kami sekeluarga bermusyawarah dan diakhiri kesepakatan untuk meminta rujuk ke RSUD Pasar Rebo.

05.00 Bapak pulang ke rumah. Menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan dan langsung menuju Jakarta.

08.00 Ambulance datang. Ketiga anakmu menemani perjalanan Garut-Jakarta.

13.18 Ambulance tiba di RSUD Pasar Rebo dan langsung memberikan pertolongan serta pelayanan padamu.

Aku tidak menemanimu masuk kedalam. Hanya duduk menjaga semua perlengkapanmu.

Beberapa menit kemudian, A Diki menemaniku. Menanyaiku bagaimana persiapan sidang besok? Kujawab, "Semua udah siap."

Lalu A Aep dan bapak keluar. Bapak mengurusi pemberkasan dan syarat untuk pengobatanmu. Dan A Aep duduk disebelahku, menanyai hal yang sama dengan A Diki.

17.35 Aku ijin pada bapak dan kedua kakakku. "Yudi ijin pulang ke ke kosan ya, buat nyiapin sidang besok. Kalo ada apa-apa kabarin."

Bapak, "Yaudah pamit dulu sama emak, sekalian mintain doa."

Dalam pamitku, aku meminta restumu dan kembali membisikkan kalimat syahadat untukmu.

Senin, 24 Juli 2017.

Hari dimana akan kulangsungkan ujian sidang skripsi.

Dini hari sekitar pukul 01.30, ketika aku terlelap. Tanpa kusadari seperti ada yang membangunkanku. Kulihat alat komunikasi, berharap belum mendapatkan kabar apapun. Sekitar 20 kali telepon masuk. Aku terdiam. Hanya memandangi layar panggilan masuk. Diam.
Kuberanikan untuk menelepon balik.
Aku hanya mendengarkan A Aep berbicara.
Diam. Lalu menutup telepon.
Tak terasa air mata jatuh mengalir di pipiku.
Diam. Tarik nafas. Dan kuusahakan untuk berfikir waras. Kuhisap sebatang rokok. Aaahh rasanya tidak enak, segera kumatikan.

Ku buka pintu kosan. Penghuni kosan telah tertidur lelap. Ku ketuk salah satu pintu kosan temanku.
"Gus! Bisa bantuin gue gak?"

"Kenapa pak?"

"Anterin gue ke ciracas Gus."

"Jam segini? Lah lu ngapa kgak bawa motor sendiri."

"Yeeuu kalo gue bawa motor bisa kecelakaan yang ada. Emak gue meninggal. Bisa anterin gue gak?"

Tanpa jawaban, Gusti langsung mengenakan celana jeans dan jaket. "Bilang dong pak daritadi."

Sesampainya di Ciracas, keluarga besar sudah berkumpul. Menepuk pundakku dan menyabariku serta menguatkanku. "Kita tunggu mobil dulu ya, nanti pagi jam 7 baru berangkat. Ambulance langsung dari RS Pasar Rebo le Garut." Bibiku memberikan informasi.

Pukul 03.20 pagi, aku ijin untuk mencari makan, yang sebenarnya saat ini aku jengah berada dalam kerumunan. Aku menuju warkop biasa tempat nongkrong. Memesan Indomie Rebus lalu menghisap sebatang rokok. Aahh tetap tidak enak. Mie rebus yang biasanya lahap, begitu hambar dilidahku.

Selesai menyantap mie, aku kembali ke rumah. Meminta ijin untuk mandi. Ya, air adalah tempat kesedihan. Benar saja. Bersamaan dengan jatuhnya air dari kepalaku, maka meluaplah air mataku.

Selepas mandi, aku ijin untuk ke masjid. Berusaha untuk tetap wajar seperti biasanya, aku melangkah. Menuju pengurus masjid.

"Assalamualaikum, Pak. Mau minta tolong untuk informasi orang meninggal gimana ya pak?"

"Oh iya sini, siapa yang meninggal?"

"Eti Rohayati, umur 52 tahun. Meninggalnya tadi sekitar jam 01.00 di RSUD Pasar Rebo. Dimakamkan di Garut. Sekarang sedang dalam perjalanan." Jawabku detail.

"Eti Rohayati warga mana ya?"

"Itu pak, ibu gorden."

"Kamu bukannya anaknya ya?"

"Iya pak. Tolong nanti diinfokan ya pak."

Pukul 07.10 Mobil tiba. Kami bergegas. Menuju Garut tempat kelahiranmu.

Sepanjang perjalanan ku bacakan ayat-ayat untukmu.

Berusaha untuk tetap wajar dan waras, ku ketik pada grup whatsapp. Meminta doa dan memaafkan jika beliau punya salah.

Sebuah pesan dari A Aep kuterima, "Emak udah sampe, sekarang lagi dimandiin."
Lalu kubalas, "Tungguin Yudi dulu ya A."

Menghubungi semua penguji dan kaprodi serta dosen pembimbing. Meminta keringanan untuk memundurkan ujian sidang skripsi.
"Boleh nak. Kamu bisanya kapan?"

"Ujian terdekat kapan lagi bu?"

"Besok selasa nak."

"Boleh bu saya mundur sehari."

"Silahkan nak kalo kamu kuat."

Alhamdulillah. Segera aku meminta bantuan teman-temanku untuk mengurus jadwal sidang. "Yud, jadwal sidang lu udah diganti ya. Lu serius ini?"

11.30 WIB. Mobil telah sampai. Aku berlari menuju rumah, masuk melalui pintu belakang dan mengambil wudhu. Sanak saudara serta tetangga, membuka jalan untukku. Bapak dan kedua kakakki memelukku, lalu membimbingku untuk melihat wajah indahmu yang terakhir kalinya. Tak terisa, berat nafas ini, kubacakan Al-Fatihah untukmu. Lalu menutup muka karena tak kuasa menahan isak tangis.

Usai perjumapaan terakhirku, dirimu langsung dibawa ke masjid. Usai Sholat Dzuhur, kami menyolatimu lalu mengantarkanmu pada tempat terakhirmu.

Setelah semua kembali kerumah, aku meminta ijin kepada seluruh keluarga, "Yudi ijin buat sidang skripsi ya. Tadi udah ngomong sama semua dosen dan dapet ijin sidangnya diundur. Yudi mintanya besok biar Yudi bisa langsung balik kesini lagi."

Selasa, 25 Juli 2017.

Aku melangsungkan ujian sidang skripsi. Menahan nafas sewajarnya agar terlihat wajar dan waras.

Pukul 16.30 ujian ditutup. Ketua penguji memberikan selamat dan beberapa motivasi. Mengingatkan kami bahwa perjuangan ini ialah berkat doa orang tua.
Berat. Berat nafas ini ketika mendengar nasihat beliau. "Segera pulang dan kabarkan orang tua dirumah."

Sebuah niat untuk mengabarkanmu ketika ujian selesai, tetap kulakukan. Ketika keluat pintu ruang sidang. Teman-teman memberikan selamat. Aku tersenyum dan menyelinap menuju tempat dimana aku bisa sendiri. Menelpon bapak dan menikmati setiap tetes air mata.

"Yudi niatnya selesai sidang nelepon emak pak. Ngabarin kalo emak gak usah nanyain kapan sidang lagi, soalnya Yudi abis selesai sidang."

---------------------------------------
Lembar Persembahan

Rasulullah SAW bersabda: "Engkau dan semua hartamu adalah milik ayah ibumu." HR. Ibnu Majah
----------------------------------------

Yudi Nur Muhamad, S.Pd
Untuk
Almh. Eti Rohayati




5 komentar: