Selamat Berkunjung

Respon dan Masukan Anda dapat Meningkatkan Kualitas Penulis

Jumat, 22 Agustus 2014

Menggapai Bintang

Mau share aja nih, ini cerpen buatan gue pas masih SMA dulu, dan cerpen ini udah di post di blog gue yg udah kagak keurus hehe lupa gue sama paswordnya ya mau ga mau itu blog terlantar, nih alamat blog gue yg dulu yudnurmuh.blogspot.com . Sok lah di baca aja. Silahkan komentarnya.


Menggapai Bintang
Oleh : Yudi Nur Muhamad


“Ayooo Sisca tinggal sedikit lagi…!!” Teriak Minur yang sedang mendukung Fransisca. Dia sengaja datang untuk menyemangati sahabatnya itu dalam lomba lari tahunan.

Dengan semangat Sisca berlari. Memang dalam lomba lari cepat seperti ini harus dibutuhkan energi yang banyak. Namun pada putaran terakhir Sisca secara tidak langsung ia agak melambat. Entah apa yang membuatnya melambat. Kini ia hanya mengantongi peringkat ke-3.

“tak apa Sis, yang penting kamu masuk ke putaran final depan” Minur menyemangati sambil menepuk pundak sisca dan menyodorkan air minum untuknya.

Sisca hanya mengangguk dan segera meminum air yang diberikan Minur.

“nanti sehabis pengumuman kita makan yuk ! aku lapar nih” ajak Minur.

“iya…huft…iya nanti setelah selesai….aku nyamperin kamu ke mobil” jawab Sisca sambil terengah-engah karena masih kecapean.

“oke Ratu Fransisca” sambil nyengir Minur menjawab. Lalu ia pergi ke parkiran menuju mobilnya.

Setelah pengumuman usai, Sisca berjalan menuju bangku penoton. Ia menghampiri seorang lelaki berkumis tipis, lelaki itu berpakaian rapih, sepertinya baru pulang dari kantornya.

“sudah ku bilang, jangan nengok ke penonton. Konsentrasi saja ke depan” komentar Hans.

“iya ayah, tadi saya kira ayah gak datang. Tumben ayah datang nonton aku ? ada apa ?” Tanya Sisca kebingungan. Karena biasanya ayahnya itu jarang sekali untuk hadir menyemangatinya dalam setiap perlombaan.

Setelah ayahnya bercerai, Sisca hanya ditemani oleh Minur. Sahabatnya yang baru dikenal sejak masa SMA.

“maafin ayah ya Sis karena jarang nonton kamu” Hans sadar bahwa kesibukan kantor telah membuatnya terjauh dengan Sisca. “dan maafin ayah lagi karena minggu depan tepatnya di acara ulang tahunmu ayah tidak bias hadir” sesal Hans kepada anaknya.

Sisca terkaget mendengarnya. “pasti ayah keluar kota lagi ya ? tapi kenapa harus di saat ulang tahunku ?” dengan nada sedih Sisca menjawab. Ia tahu sering sekali ayahnya ke luar kota. Tapi kali ini berbeda. Ia kecewa karena di hari yang istimewa untuknya yang hanya ia inginkan adalah kehadiran ayahnya.

“maaf ya Sis. Tapi sebagai gantinya ayah mengundang ibumu untuk hadir” dengan penuh harap Hans menjawab. Semoga dengan kehadrian Ratu membuat Sisca kembali tersenyum.

“ibu datang?” jawabnya kaget sekaligus mengusir kesedihannya dan mengundang kerinduannya. Ia sangatmerindukan ibunya. Sudah 3 tahun berpisa akhirnya ia dapat kembali bertemu dengan ibunya. Ratu Tamara. Sisca tidak tahu kenapa ayah dan ibunya dapat berpisah. Yang ia tahu dari ayahnya bahwa tidak ada lagi kecocokan di antaranya. “Kenapa bias terjadi ?”. dalam benaknya ia selalu bertanya. Teringat akan masa indah bersama keluarga.

“iya deh gak apa-apa. Tapi sebagai gantinya ayah harus nonton aku di pertandingan finalku ya” Sisca memohon.

“Buat Ratu Fransisca ayah usahain deh” jawab Hans tenang.

“harus bias ayah. Yaudah aku ke Minur dulu y. dah ayah” Sisca pun pergi setelah mencium tangan ayahnya.
*

Begitu santapan di depan mereka telah berpindah ke kantung kekenyangan. Minur menatap Sisca. Jauh didalam hatinya Minur telah jatuh cinta padanya. Parasnya yang anggun dan cantik, serta rambutnya yang selalu bergerak mengikuti alunan kaki ketika Sisca berlari. Membuat Minur semakin jatuh hati kepadanya. Namun ia belum dapat menyatakan rasa yang dipendamnya itu.

“tanggal 12 April kayaknya ada yang istimewa nih!” celetuk minur seakan mengingatkan pada Sisca bahwa ulang tahunnya segera hadir. Ia pun telah jauh-jauh hari mempersiapkan sebuah kado untuknya. Sebuah kalung yang berinisialkan ‘RF’ singkatan dari Ratu Fransisca.

“akhh gak seru nih. Pake segala di ingetin” komentar Sisca tapi senang mendengarnya. “kamu harus datang ya! Kamu tamu spesialku Nur” ajak Sisca sambil memegang tangan Minur.

Sambil tersenyum Minur membalas memegang tangan Sisca.”aku pasti datang untuk kamu Sis”.

“bener ya !? aku tunggu kehadiran mu Nur. Pulang yuk akh. Udah sore nih” ajak Sisca sambil berdiri.

*

Kemeja putih bercorak garis hitam dan celana jeans telah membuatnya berbeda. Dihadapkan tubuhnya kecermin, memastikan semua telah siap untuk hadir ke pesta ulang tahun. Tak lupa ia membawa sebuah kotak kecil yang terbungkus rapi yang berwarna biru. Dengan perasaan senang ia segera melangkah. Meninggalkan rumah menuju daerah Cibubur, tempat pesta berlangsung.

“Minur sinih!!” dengan perasaan senang Sisca memanggil Minur. Terlihat jelas baginya bahwa seorang Minur selalu canggung dengan keramaian pesta.

“selamat ulang tahun ya Sis. Makin tua aja nih sahabat gue” sambil memberi selamat ke Sisca ia menyerahkan sebuah kado untuknya.

“makasih ya Nur. Aku buka langsung ya” jawab Sisca

Dengan santai Sisca membuka. Tapi berbeda dengan Minur. Ia sepertinya gugup sekali. Karena ia takut Sisca tidak suka dengan kalung yang ia berikan. Dengan senyum manis Sisca berterimakasih lalu ia kenakan kalung itu dan memeluk Minur.
Kehadiran Minur telah membuatnya senang, di tambah lagi sebuah kado yang ia anggap istimewa makinlah ia senang malam itu.
Pestapun berlangsung dengan meriah meski tanpa kehadiran ayahnya yang selalu dinantinya.

*

Tibalah tanggal 17 April yang Fransisca nantikan. Begitu juga dengan Minur yang selalu mendukung di setiap latihannya. 4 hari latihan yang berat kini tinggal sebuah pembuktian bagi Sisca. Tak lupa Hans sempatkan hadir untuk anaknya dan juga menepati janjinya itu. Sisca melihat ke arah podium. Sebuah piala dan medali yang sangat ia inginkan ada dihadapannya. Tinggal bagaimana cara menggapainya. Medali itu begitu indah, berbentuk bintang dan bercahaya karena pantulan sinar matahari. Ia hanya dapat menelan ludah. Semoga ia dapat berhasil memenangkan lomba dan segera menggunakan medali itu. Sebuah pembuktian untuk Sisca dan harapan untuk Minur,

“semua peserta diharapkan bersedia ke tempat masing-masing” juri mulai memanggil para peserta bahwa lomba akan dimulai.

Degup jantung Sisca berdebar kencang. Ia sempatkan melihat kearah Minur dan ayahnya yang duduk bersebelahan.

“Siaaap, Sediiaaa, Doorrrr” aba-aba dari juri telah memulai perlombaan.

Semua peserta langsung berlari dengan semangat dan sekuat tenaga. Begitu juga dengan Sisca. Ia kerahkan semua tanaganya, tak ingin semuanya sia-sia. Saat setengah pertandingan telah bermulai Sisca tertinggal 2 peserta dan berada di urutan ke-3.
“ayooo Siscaa. JANGAN MENYERAH!!!!” teriak Minur dan Hans mendukung Sisca.

Dengan dukungan yang diberikan sahabat dan ayahnya. Sisca seakan mendapatkan kekuatan dan energi yang lebih. Melesatlah ia berlari dengan cepat seperti kijang. Selisih 3 detik akhirnya ia di urutan pertama.

“wahh anakku memang benar-benar hebat!” peluk ayahnya gembira seraya memberi selamat.

“selamat ya Sis. Gak sia-sia latihan yang berat selama 4 hari” ucap Minur dengan senang hati.

Lekaslah Sisca beristirahat. Menunggu namanya dipanggil untuk penyerahan piala dan medali.

“Ratu Fransisca. Di urutan pertama” panggil juri

Dengan tangis kesenangan ia mengangkat pialanya itu. Tak lupa ia mencium medali emas berbentuk bintang. “akhirnya aku dapat menggapaimu bintang” ucap Sisca dalam hati.

Bulan ini memang sangatlah special baginya. Merayakan ulangtahun tanpa ayahnya namun kehadiran ibunya yang tidak jumpa selama 3 tahun membuatnya senang karena dapat melepas kerinduan, serta kado dari Minur tak luput dari hari-harinya. Ia selalu menggunakannya. Begitu pula dengan hari ini, ia memperoleh bintangnya dan mengharumkan namanya. Sebuah bulan yang istimewa baginya..



#SELESAI#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar