Bunga
Oleh : Yudi Nur Muhamad
Rintik hujan membasahi rambutku
saat aku berjalan menuju taman yang di hiasi bunga mawar, warna keseluruhan
bunga di taman itu adalah putih. Indah sekali!
Aku tertarik untuk memetiknya satu, cukup satu dan akan ku rawat. Terus kaki ini melangkah tak memperdulikan basahnya rambut dan baju. Terus aku berjalan. Semakin sering aku melangkah semakin jauh pula taman itu. Aku tak perduli. Aku hanya ingin sampai ke taman itu dan memetik satu bunga yang paling putih dan indah.
Aku tertarik untuk memetiknya satu, cukup satu dan akan ku rawat. Terus kaki ini melangkah tak memperdulikan basahnya rambut dan baju. Terus aku berjalan. Semakin sering aku melangkah semakin jauh pula taman itu. Aku tak perduli. Aku hanya ingin sampai ke taman itu dan memetik satu bunga yang paling putih dan indah.
Ah! Kenapa ini tak
sampai-sampai? Kesal aku berjalan. Aku harus berlari! Tidak pikir panjang aku
langsung berlari. Tiba-tiba gerimis berubah menjadi hujan. Hujan yang deras. Tanah
sekeliling menjadi becek dan licin. Aku tidak peduli. Aku harus sampai dan
memetik bunga itu! Mantap hati ku.
Satu, dua bahkan lima kali aku
sudah terjatuh. Aku lelah. Aku berhenti sejenak. Ku sapu muka yang terkotori
oleh tanah. Baju? Jangan kau tanyakan, aku seperti anak kecil yang pulang
sehabis bermain lempar tanah di sawah. Sejenak aku berdiri, menghela
napas. Kupandangi kembali taman itu. Semakin
indah. Bunga itu indah sekali, sepertinya bunga yang itu yang akan aku pilih. Kembali
ku pandangi setiap bunga, memastikan bahwa bunga itulah yang paling indah.
Hujan berhenti, mentari mulai
menampakkan wajahnya. Lengkungan indah itu, orang-orang menyebutnya pelangi,
berada tepat di atas taman. Sungguh indah. Takjub aku melihatnya. Bunga-bunga
mulai bermekaran. Ada yang tidak mekar sama-sekali. Entahlah aku tak tahu
kenapa hanya sedikit yang bermekaran menampakan keindahannya. Penasaran apakah
bunga pilihanku mekar? Luar biasa aku terpesona melihatnya, indah sekali bunga
pilihanku. Aku berlari sangat kencang saat melihat indahnya bunga pilihanku
mekar. Sangat mempesona!
Sedikit lagi. Sedikit lagi aku
sampai. Aku harus cepat sebelum bunga itu kembali menutup keindahannya.
Aw! Teriakku saat memegang
batang bunga pilihanku. Aku terdiam. Aku sudah berlari sejauh ini untuk
mendapatkan bunga pilihanku, ternyata aku terluka olehnya. Apakah aku salah? Jika
ya, apa salahku? Aku terdiam semakin dalam.
Wahai bunga, ijinkan aku
membawamu pulang. Aku sungguh ingin memilikimu. Menjagamu. Merawatmu. Dan aku
ingin disetiap pagi saat aku bangun dari tidur yang pertama kali ingin ku
lakukan adalah melihatmu wahai bunga.
Dalam hening aku terdiam, seakan
ada yang berbisik di telingaku.
Wahai kau lelaki. Dihadapanmu telah
terlihat jelas bunga yang begitu indah. Tentu kau ingin memilikinya. Dalam memilih
bunga kau sungguh hebat, namun kau bodoh jika ingin memetiknya lalu membawanya
pulang. Memang cepat jika memetiknya lalu membawanya pulang. Namun apa kau
tidak malu? Memilih lalu membuatnya tersakiti oleh tindakan bodohmu? Jika bunga
yang lain memang mudah untuk memetiknya. Tapi ingat, bunga mawar putih yang
indah ini punya duri tajam yang melindunginya.
Aku menyesal. Bodoh sekali aku
ingin memetiknya. Jika ku petik bunga pilihanku ini, memang masih indah. Namun satu
atau dua hari lagi pasti keindahannya akan menghilang karena layu. Lalu bagaimana
aku harus membawanya pulang? Gali! Ya! Aku harus menggali tanah ini dan
membawanya pulang dalam keadaan utuh. Akar, batang dan bunganya tidak boleh
rusak. Bunga ini adalah pilihanku dan jangan sampai aku merusaknya.
Hati-hati aku menggali tanah. Takut
ada akar yang terpotong sehingga menyakiti bunga pilihanku. Sedikit lagi.
untunglah tadi hujan sehingga membuat tanah menjadi mudah digali. Hampir selesai.
Pelan-pelan dan hati-hati karena akar serabut yang dimiliki oleh bunga
pilihanku ini rentan patah.
Kuangkat pelan dan syukurlah
tidak ada satu akarpun yang patah. Senang sekali aku berhasil mendapatkan bunga
pilihanku ini. Tidak sia-sia aku basah kuyup oleh hujan, terjatuh oleh licinnya
tanah dan aku bersyukur kau memberiku sebuah luka sehingga aku belajar untuk
mendapatkanmu secara keseluruhan.
Aku tersenyum girang sepanjang
jalan. Aku bangga mendapatkanmu, wahai bunga pilihanku. Janjiku menjagamu,
merawatmu dan melihatmu disetiap pagi hari pasti akan ku lakukan. Aku berjanji.
Siapakah bunga mawar putih itu??? :D
BalasHapusHaha siapa hayo?
HapusSo tweet :D
BalasHapus