Selamat Berkunjung

Respon dan Masukan Anda dapat Meningkatkan Kualitas Penulis

Jumat, 09 Januari 2015

Bunga

Bunga
Oleh : Yudi Nur Muhamad

                Rintik hujan membasahi rambutku saat aku berjalan menuju taman yang di hiasi bunga mawar, warna keseluruhan bunga di taman itu adalah putih. Indah sekali!
Aku tertarik untuk memetiknya satu, cukup satu dan akan ku rawat. Terus kaki ini melangkah tak memperdulikan basahnya rambut dan baju. Terus aku berjalan. Semakin sering aku melangkah semakin jauh pula taman itu. Aku tak perduli. Aku hanya ingin sampai ke taman itu dan memetik satu bunga yang paling putih dan indah.

                Ah! Kenapa ini tak sampai-sampai? Kesal aku berjalan. Aku harus berlari! Tidak pikir panjang aku langsung berlari. Tiba-tiba gerimis berubah menjadi hujan. Hujan yang deras. Tanah sekeliling menjadi becek dan licin. Aku tidak peduli. Aku harus sampai dan memetik bunga itu! Mantap hati ku.

                Satu, dua bahkan lima kali aku sudah terjatuh. Aku lelah. Aku berhenti sejenak. Ku sapu muka yang terkotori oleh tanah. Baju? Jangan kau tanyakan, aku seperti anak kecil yang pulang sehabis bermain lempar tanah di sawah. Sejenak aku berdiri, menghela napas.  Kupandangi kembali taman itu. Semakin indah. Bunga itu indah sekali, sepertinya bunga yang itu yang akan aku pilih. Kembali ku pandangi setiap bunga, memastikan bahwa bunga itulah yang paling indah.

                Hujan berhenti, mentari mulai menampakkan wajahnya. Lengkungan indah itu, orang-orang menyebutnya pelangi, berada tepat di atas taman. Sungguh indah. Takjub aku melihatnya. Bunga-bunga mulai bermekaran. Ada yang tidak mekar sama-sekali. Entahlah aku tak tahu kenapa hanya sedikit yang bermekaran menampakan keindahannya. Penasaran apakah bunga pilihanku mekar? Luar biasa aku terpesona melihatnya, indah sekali bunga pilihanku. Aku berlari sangat kencang saat melihat indahnya bunga pilihanku mekar. Sangat mempesona!

                Sedikit lagi. Sedikit lagi aku sampai. Aku harus cepat sebelum bunga itu kembali menutup keindahannya.

                Aw! Teriakku saat memegang batang bunga pilihanku. Aku terdiam. Aku sudah berlari sejauh ini untuk mendapatkan bunga pilihanku, ternyata aku terluka olehnya. Apakah aku salah? Jika ya, apa salahku? Aku terdiam semakin dalam.

                Wahai bunga, ijinkan aku membawamu pulang. Aku sungguh ingin memilikimu. Menjagamu. Merawatmu. Dan aku ingin disetiap pagi saat aku bangun dari tidur yang pertama kali ingin ku lakukan adalah melihatmu wahai bunga.

                Dalam hening aku terdiam, seakan ada yang berbisik di telingaku.

                Wahai kau lelaki. Dihadapanmu telah terlihat jelas bunga yang begitu indah. Tentu kau ingin memilikinya. Dalam memilih bunga kau sungguh hebat, namun kau bodoh jika ingin memetiknya lalu membawanya pulang. Memang cepat jika memetiknya lalu membawanya pulang. Namun apa kau tidak malu? Memilih lalu membuatnya tersakiti oleh tindakan bodohmu? Jika bunga yang lain memang mudah untuk memetiknya. Tapi ingat, bunga mawar putih yang indah ini punya duri tajam yang melindunginya.

                Aku menyesal. Bodoh sekali aku ingin memetiknya. Jika ku petik bunga pilihanku ini, memang masih indah. Namun satu atau dua hari lagi pasti keindahannya akan menghilang karena layu. Lalu bagaimana aku harus membawanya pulang? Gali! Ya! Aku harus menggali tanah ini dan membawanya pulang dalam keadaan utuh. Akar, batang dan bunganya tidak boleh rusak. Bunga ini adalah pilihanku dan jangan sampai aku merusaknya.

                Hati-hati aku menggali tanah. Takut ada akar yang terpotong sehingga menyakiti bunga pilihanku. Sedikit lagi. untunglah tadi hujan sehingga membuat tanah menjadi mudah digali. Hampir selesai. Pelan-pelan dan hati-hati karena akar serabut yang dimiliki oleh bunga pilihanku ini rentan patah.

                Kuangkat pelan dan syukurlah tidak ada satu akarpun yang patah. Senang sekali aku berhasil mendapatkan bunga pilihanku ini. Tidak sia-sia aku basah kuyup oleh hujan, terjatuh oleh licinnya tanah dan aku bersyukur kau memberiku sebuah luka sehingga aku belajar untuk mendapatkanmu secara keseluruhan.


                Aku tersenyum girang sepanjang jalan. Aku bangga mendapatkanmu, wahai bunga pilihanku. Janjiku menjagamu, merawatmu dan melihatmu disetiap pagi hari pasti akan ku lakukan. Aku berjanji.              

3 komentar: