"Waktu, dia lah yang mempertemukan kita. Waktu, dia pula yang membuat kita dapat bersatu. Dan waktu, yang membuat kamu menyerah."
8,2 detik.
Saat aku melihat senyummu, aku mampu jatuh cinta terhadap kamu. Memang bukan waktu yang lama, bahkan itu terlalu cepat. Mungkin. Tapi apa daya, itu memang adanya aku rasakan.
Saat aku melihat senyummu, aku mampu jatuh cinta terhadap kamu. Memang bukan waktu yang lama, bahkan itu terlalu cepat. Mungkin. Tapi apa daya, itu memang adanya aku rasakan.
8,2 detik.
Awal dari sebuah rasa yang kian memuncak. Semakin meninggi. Menghantam logika yang terus menahan. Terus meluncur menabrak fakta yang tanpa henti berkata.
Awal dari sebuah rasa yang kian memuncak. Semakin meninggi. Menghantam logika yang terus menahan. Terus meluncur menabrak fakta yang tanpa henti berkata.
Ahh, aku teringat saat itu. Saat 8,2 detik yang singkat. Aku berkeliling dalam ruang pameran lukis yang sederhana. Melihat, menilai bahkan mengomentari lukisan para seniman kampus. Padahal, mengerti tentang lukisan saja tidak tapi mengomentari bak seniman profesional. Inilah saat itu dimulai, saat 8,2 detik terindahku. Saat aku mengomentari lukisan wanita yang menggigit sebatang mawar merah. Aku berkata "Cantik" dan dari belakang kuping ini, aku mendengar ucapan "terima kasih". Aku menoleh, dan dia tersenyum. Indah. Sangat indah.
8 bulan.
Waktu dimana kamu ingin tetap bersamaku. Mengindahkan segala tingkah laku. Mengindahkan segala ucapan. Sampai pada akhirnya indah beranjak kelam.
Waktu dimana kamu ingin tetap bersamaku. Mengindahkan segala tingkah laku. Mengindahkan segala ucapan. Sampai pada akhirnya indah beranjak kelam.
8 bulan.
Kamu panggil aku sayang, cinta, bebeb, atau apapun panggilannya, aku mengindahkan semua. Bertingkah layaknya anak manja, egois, pemarah, atau bagaimanapun sikapmu, aku mengindahkan semua. Sampai pada akhirnya indah beranjak kelam.
Kamu panggil aku sayang, cinta, bebeb, atau apapun panggilannya, aku mengindahkan semua. Bertingkah layaknya anak manja, egois, pemarah, atau bagaimanapun sikapmu, aku mengindahkan semua. Sampai pada akhirnya indah beranjak kelam.
Entahlah. Aku bingung harus berkata apa. Menceritakan ini semua aku tak tahu, tak tahu ini manis atau pahit. Indah atau kelam. Yang aku tahu, akhir dari semua ini adalah kenyataan yang tidak dapat aku mengindahkannya.
2 bulan.
Aku bagaikan bayangan, yang hadir disetiap langkahmu tanpa kamu sadari. Mengintip, menguping, menyelidik aku lakukan. Untuk apa? Hanya untuk tahu bagaimana kamu sekarang.
Aku bagaikan bayangan, yang hadir disetiap langkahmu tanpa kamu sadari. Mengintip, menguping, menyelidik aku lakukan. Untuk apa? Hanya untuk tahu bagaimana kamu sekarang.
2 bulan.
Aku bagaikan bayangan, yang setiap saat menemanimu dalam terang. Menyelidik, berbuah hasil. Kamu rindu. Kamu menyesal. Dan kamu ingin kembali.
Aku bagaikan bayangan, yang setiap saat menemanimu dalam terang. Menyelidik, berbuah hasil. Kamu rindu. Kamu menyesal. Dan kamu ingin kembali.
Menjadi diri sendiri saat kehilangan adalah hal tersulit bagiku. Bagaikan tak menerima kenyataan. Jati diri pun menghilang. Menolak kenyataan yang telah terjadi. Kepo. Mungkin itu adalah hal yang akan kita lakukan saat kehilangan, bagitupun aku. Mencari tahu tentang dirinya. Meninggalkan jati diri, menolak kenyataan.
Kamu bilang rindu. Kamu bilang menyesal. Dan kamu ingin kembali. Kamu bilang semua kepadaku. Dan kamu bilang itu disaat dia sedang mendekat.
Dalam pikirku, mungkin ini hanya kegalauanmu saja. Ku biarkan dia mendekat, membualmu dengan kata manis. Dan kamu semakin galau. Kamu mendesak kepadaku agar kita seperti dulu.
Bukan ini yang aku inginkan, sebuah keadaan terpaksa yang merindukan keadaan yang seperti dulu. Aku diam. Pergi. Dan menyesali semuanya. Meninggalkan pesan, aku akan kembali pada saat yang tepat. Pada waktu terindah saat kamu merindukan keindahan.
3 tahun.
Aku pergi. Meninggalkan pesan seadanya. Menyisakan rindu yang teramat dalam. Menanggalkan perasaan yang tersimpan.
Aku pergi. Meninggalkan pesan seadanya. Menyisakan rindu yang teramat dalam. Menanggalkan perasaan yang tersimpan.
3 tahun.
Aku pergi. Menolak cinta yang menghampiri. Membuang perasaan yang singgah. Mencintai cinta yang tak pasti, menyimpan perasaan yang menyayat hati.
Aku pergi. Menolak cinta yang menghampiri. Membuang perasaan yang singgah. Mencintai cinta yang tak pasti, menyimpan perasaan yang menyayat hati.
Pertemuan, perpisahan dan pertemuan kembali. Hanya waktu yang tahu. Yang aku tahu, kamu telah menyerah oleh waktu.
Sepucuk surat dipagi hari. Dan selembar undangan pernikahan menjawab semua. Ya, sepertinya benar. Kamu telah menyerah oleh waktu
Rasa kepedihan akan cinta itulah yg membuat manusia tegar. Membuka mata hati untuk segera menghilang. Terbaik adalah yg sudah tertoreh.
BalasHapusRasa kepedihan akan cinta itulah yg membuat manusia tegar. Membuka mata hati untuk segera menghilang. Terbaik adalah yg sudah tertoreh.
BalasHapusbener bang gal. terbaik adalah yang sudah tertoreh
HapusKadang yg indah itu blm tentu terbaik, sebab pilihan akan terus menuntun menuju keadaan yg sebenarnya.
BalasHapusdan yang terbaik pasti indah. :D
HapusSemoga jika ada kita yg lain. Kita yg lain ini tidak mudah menyerah
BalasHapusaamiin. semoga tidak ada yang menyerah karena menunggu.
Hapuscinta dan waktu. hanya butuh sedikit waktu untuk mencintai, dan banyak waktu untuk melupakan rasa..
BalasHapusaduh bener banget ini. pengalaman ya bang? haha
Hapusbang move on ya... :p
BalasHapusiya move on kok bang.
Hapussesuatu yang indah telah pergi apabila kembali tidak akan menjadi indah lg.. relakan demi kedatangan keindahan yang lebih dari indah;)
BalasHapusRelakan demi kedatangan keindahan yang lebih dari indah?
HapusSiap non!